Rumah adat Honai merupakan milik suku Dani yang mendiami wilayah Papua. Seperti yang sudah kamu tahu, rumah ini mempunyai bentuk yang unik, yaitu menyerupai jamur.
Selain keunikan bentuknya, rumah Honai juga menyimpan berbagai macam keunikan yang belum banyak diketahui orang.
Nah, pada kesempatan ini kamu bisa mengetahui ciri khas serta keunikan yang dimiliki oleh rumah Honai ini. Yuk, simak halaman ini sampai akhir supaya kamu tidak ketinggalan informasi penting ini!
Ciri Khas Rumah Honai Khas Papua
Rumah Honai dibangun di wilayah dataran tinggi Papua.
Meskipun bentuknya sangat sederhana, rumah seperti ini sangat mampu melindungi semua penghuni di dalamnya dari terpaan hawa dingin.
1. Semua Bahan Bangunan Didapat dari Alam
Ciri khas yang pertama adalah terbuat dari bahan-bahan yang mudah dijumpai di alam, yaitu kayu dan jerami atau ilalang kering.
Bilah kayu tersebut berasal dari pohon yang ada di hutan. Pohon tersebut kemudian dibelah hingga menghasilkan papan kayu dan disusun menjadi dinding rumah.
Rumah ini berbentuk seperti tabung, sehingga papan kayu disusun secara melingkar.
Di bagian atas dinding yang sudah disusun akan ada atap berbentuk setengah bola dan sedikit meruncing.
Pertama, rangka atap dibuat terlebih dahulu menggunakan kayu.
Setelah itu barulah jerami atau ilalang kering disusun di atasnya untuk melindungi penghuni rumah dari cahaya matahari dan hujan.
Faktanya, masyarakat suku Dani lebih banyak menggunakan ilalang kering dibandingkan jerami untuk membuat atap rumah mereka.
Pasalnya, cukup sulit menemukan jerami atau tanaman padi di wilayah pegunungan Papua.
2. Rumah Mungil dengan Dua Lantai
Ciri khas kedua dari rumah Honai adalah memiliki dua lantai. Apakah kamu terkejut? Hal ini memang benar, faktanya rumah sederhana ini memiliki dua lantai di dalamnya.
Fungsi dari setiap lantai pun berbeda. Di lantai bawah atau lantai pertama, penghuni rumah menggunakannya untuk berbagai macam kegiatan sehari-hari.
Di lantai pertama juga terdapat perapian yang berguna untuk menghangatkan tubuh penghuni rumah ketika malam hari, serta menjadi penerangan karena belum ada listrik.
Lantai kedua dimanfaatkan sebagai tempat tidur dan beristirahat setelah penat beraktivitas seharian penuh.
Tinggi rumah ini hanya sekitar 2,5 meter jika diukur dari lantai hingga ke bagian atap, namun di dalamnya terdapat 2 lantai.
Ada alasan khusus mengapa rumah Honai ini dibuat berukuran begitu kecil, tanpa jendela, dan hanya memiliki satu pintu. Semua itu berguna untuk menjaga supaya rumah tetap hangat dan udara dingin tidak masuk.
Rumah Honai tak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan berlindung saja.
Rumah ini pun dipakai untuk menyimpan berbagai macam peralatan perang dan juga berburu.
Para ahli arsitektur menyebut bahwa rumah Honai di Papua ini merupakan aplikasi dari green architecture yang tengah marak saat ini.
Ternyata pemikiran masyarakat Papua sudah jauh lebih maju. Hal tersebut dibuktikan dengan menerapkan arsitektur hijau jauh sebelum menjadi tren, seperti yang tengah terjadi saat ini.
5 Keunikan Rumah Adat Honai
Informasi di atas sudah cukup menjelaskan tentang ciri khas rumah Honai yang dapat dilihat secara fisik.
Berikutnya, kamu juga wajib memahami keunikan lain dari rumah Honai, yakni meliputi filosofi, kegunaan, serta aturan adat yang dimiliki oleh suku Dani berkaitan dengan rumah adat yang satu ini.
1. Memiliki Kompleks Rumah Khusus
Keunikan yang pertama adalah rumah Honai tidak pernah berdiri sendiri. Di sekitar rumah Honai setidaknya terdapat dua buah bangunan lagi.
Jenis bangunan yang pertama adalah rumah Ebei. Dilihat secara fisik, rumah ini tak memiliki perbedaan yang berarti dengan Honai, namun fungsinya jauh berbeda.
Rumah pertama yang ada dalam satu kompleks dengan Honai adalah Ebei. Ebei ini diperuntukkan bagi semua wanita dan anak-anak dari satu keluarga.
Jadi, masyarakat suku Dani harus tinggal di rumah terpisah, meskipun masih satu keluarga. Laki-laki di rumah Honai, sedangkan wanita dan anak-anak mendiami rumah Ebei.
Terdapat satu lagi jenis rumah yang ada di dalam satu kompleks rumah Honai, yaitu rumah Wamai.
Masyarakat suku Dani memang sengaja membuat rumah sendiri untuk ternak mereka. Alasannya adalah ternak sangat berharga untuk mereka. Beberapa hewan yang biasa dijadikan ternak antara lain babi dan ayam.
Selain 3 bangunan tersebut, terkadang keluarga suku Dani memiliki satu jenis rumah lagi. Rumah ini memiliki bentuk yang sama juga dengan Honai.
Namun, fungsinya adalah untuk menyimpan jasad leluhur yang sudah diawetkan. Masyarakat suku Dani mengawetkan jasad leluhur dengan cara alami dan tidak dibalut apa pun.
2. Wanita Dilarang Masuk
Rumah Honai dikhususkan bagi pria dewasa dan remaja. Di rumah ini pula mereka mendapatkan banyak ilmu untuk berburu, berperang, dan membela keluarga serta sukunya.
Ketika terjadi peperangan, rumah Honai juga menjadi tempat untuk menyusun strategi. Anak laki-laki di suku ini memang dilatih dan diajarkan untuk membela sukunya supaya tetap utuh dan kuat.
Para wanita di suku Dani bukan hanya tidak boleh memasuki rumah Honai, mendekatinya saja pun dilarang.
Oleh karena itu, para wanita dan anak-anak tinggal di rumah terpisah yang disebut Ebei. Umumnya, Ebei terletak bersebelahan dengan Honai, namun pintunya tidak boleh saling berhadapan.
Rumah Ebei tak hanya memiliki fungsi sebagai tempat tinggal saja bagi kaum wanita.
Di rumah ini pula, para wanita diajarkan berbagai macam keterampilan, layaknya anak laki-laki diajari cara berperang di rumah Honai.
Beberapa keterampilan yang diajarkan antara lain mengolah makanan, mengurus anak, dan membuat pakaian.
Ada satu fakta yang cukup menarik tentang rumah ini dan adat suku Dani, yakni wanita memang tidak boleh masuk ke rumah Honai.
Namun, pria atau laki-laki boleh memasuki rumah Ebei pada waktu tertentu. Contohnya, ketika seorang suami ingin berhubungan seksual dengan istrinya.
Hal ini pun baru bisa dilakukan ketika Ebei benar-benar kosong dan tak ada siapapun di dalamnya.
3. Ada Aturan Khusus
Masyarakat suku Dani tidak membangun rumah Honai sewaktu-waktu secara sembarangan.
Ada beberapa pakem yang harus dipatuhi, antara lain:
- Honai harus dibangun oleh laki-laki, tidak boleh ada perempuan yang terlibat dalam pembangunan rumah ini.
- Bahan yang dipakai untuk membangun Honai sudah ditetapkan dalam peraturan suku Dani, yaitu atap harus terbuat dari bahan alang-alang atau ilalang kering. Dinding rumah terbuat dari papan kayu. Bahan-bahan tersebut tidak direkatkan menggunakan paku. Rotan atau tali hutanlah yang dipakai untuk mengikat komponen agar bisa bersatu.
- Harus memilih waktu yang tepat ketika akan membangun rumah Honai. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya cuaca buruk serta kondisi alam yang mungkin menghambat proses pembangunan.
- Tidak boleh membangun rumah honai di kawasan yang terlarang, seperti hutan lindung, daerah rawan bencana, dan wilayah perkebunan.
- Arah pintu harus menghadap ke arah timur atau barat, tempat terbit dan terbenamnya matahari.
Ternyata banyak aturan yang harus dipatuhi ketika akan membangun sebuah rumah sederhana yang bernama Honai ini.
Terkadang memang sesuatu yang tampak sederhana menyimpan nilai yang begitu besar, tidak sesederhana kelihatannya.
Baca Juga :
Keunikan Rumah Adat Papua Barat yang Kini Hampir Punah !
4. Rumput untuk Tidur
Di manakah biasanya kamu tidur? Di atas kasur, bukan? Benda seperti kasur, bantal, dan guling tak akan bisa kamu temui di dalam rumah Honai.
Masyarakat suku Dani menggunakan alas berupa rumput kering untuk tidur. Meskipun kini sudah memasuki zaman modern dan kasur dijual di mana-mana, masyarakat suku Dani masih menjaga budaya mereka.
Rumput kering ini disebar di seluruh lantai kedua dari rumah Honai.
Rumput ini juga berfungsi sebagai penghangat, karena udara di wilayah pegunungan Papua bisa mencapai 15 hingga 10 derajat Celcius di malam hari.
5. Tidak Ada Perabot di Dalamnya
Selain tak bisa menjumpai peralatan tidur seperti kasur dan bantal, kamu juga tidak akan bisa menjumpai adanya perabot rumah tangga di dalam rumah ini.
Rumah Honai hanya memiliki perapian di tengah rumah yang bentuknya menyerupai api unggun. Untuk menaruh api ini, orang-orang suku Dani menggali sedikit tanah untuk menaruh kayu dan menyalakan api.
Meskipun tidak ada perabot rumah tangga layaknya rumah biasa, Honai punya fungsi lain, yaitu untuk menyimpan hasil ladang serta peralatan berburu.
Gambar Rumah Adat Honai
Berikut ini beberapa gambar yang dapat kamu lihat untuk menambah pengetahuan tentang rumah Honai khas suku Dani.
1. Pintu rumah adat Honai yang dapat dilewati dengan membungkukkan badan
2. Perkampungan suku Dani dengan beberapa rumah Honai yang memiliki fungsi masing-masing
3. Proses pembangunan rumah Honai yang hanya boleh dilakukan oleh para pria suku Dani
4. Gambar sketsa kompleks rumah Honai yang dimiliki oleh satu keluarga suku Dani
5. Mumi leluhur suku Dani yang disimpan di dalam rumah Honai, hanya dikeluarkan untuk upacara atau ditunjukkan kepada turis yang datang
6. Sebuah resort di Ubud, Bali yang mengusung konsep rumah Honai
7. Rumput yang digunakan sebagai atap rumah Honai dipasang ketika masih dalam keadaan basah
8. Aktivitas kaum laki-laki suku Dani pada malam hari di dalam rumah Honai
9. Wanita suku Dani di dalam rumah Ebei (Honai khusus wanita)
10. Masyarakat di perkampungan suku Dani tengah menjalankan aktivitasnya di siang hari
Rumah adat Honai ternyata sangat menarik untuk ditelusuri. Jika kamu berkesempatan berkunjung ke Papua, jangan lupa untuk singgah ke Lembah Baliem, wilayah suku Dani tinggal.
Baca Juga :
5 Ragam Rumah Adat Papua dan Filosofinya, Salah Satu yang Tertinggi di Dunia !
Akan lebih menarik apabila kamu berkunjung ke sana bertepatan dengan Festival Lembah Baliem. Sangat menarik bukan ?