Rumah Adat Nias – Kepulauan Nias berada di sebelah barat Pulau Sumatera. Kepulauan ini ada tepat di daerah rawan gempa bumi. Tapi tahukah kamu jika masyarakat di sana sudah punya teknologi rumah tahan gempa?
Bahkan rumah ini sudah ada sejak zaman dulu. Hunian canggih ini adalah rumah adat nias. Ada 2 jenis rumah adat yang dimiliki oleh masyarakatnya.
Keduanya punya karakteristik konstruksi yang berbeda.
Kalau kamu punya hobi dalam bidang desain bangunan tradisional, jangan lewatkan kesempatan untuk membedakan 2 jenis rumah adat tersebut.
Siapa tahu dari 2 rumah tahan gempa ini, kamu jadi punya inspirasi hunian sendiri.
Mengenal Rumah Adat Nias, Omo Hada dan Omo Sebua
Masyarakat yang mendiami Pulau Nias punya 2 jenis rumah adat. Penduduk local biasa menyebutnya sebagai Omo Hada dan Omo Sebua. Kata “Omo” adalah bahasa lokal untuk menyebut rumah.
Kamu yang mengunjungi pulau ini wajib hukumnya pergi ke Desa Bawomataluo. Di sana, kamu bisa menyaksikan peninggalan rumah adat tradisional yang dulu pernah ada di uang Rp1.000,00.
Ya benar, rumah adat suku Nias ini pernah hadir dalam uang milik Indonesia. Kamu masih ingat, kan dengan gambar olahraga lompat batu dari Nias?
Latar belakang orang yang sedang berolahraga tersebut adalah rumah tradisional suku ini. Rumah Omo Hada dan Omo Sebua punya kegunaan yang berbeda.
1. Rumah Adat Nias Omo Hada
Bangunan tradisional pertama yang harus kamu kunjungi adalah Omo Hada. Rumah ini adalah simbol kaum rakyat biasa atau jelata di Nias.
Mengapa demikian? Karena desain rumah dan material yang digunakan serba sederhana. Tampilannya pun terlihat biasa saja tanpa hiasan, ukiran, ataupun cat mencolok.
Rumah adat Nias (Omo Hada) adalah sebuah bangunan rumah panggung yang terbuat dari kayu.
Material tiangnya adalah kayu keras, sedangkan dindingnya terbuat dari papan kayu tipis. Nah, pada bagian atap rumah ini menggunakan ijuk yang ditata sangat rapat dan tebal.
Bentuk Omo Hada sangat unik. Rumah tradisional ini menggunakan 6 tiang kayu sebagai penyangga utama bangunan.
Bentuknya memanjang dan antara satu rumah dengan rumah lain dihubungkan melalui pintu. Konon hal ini adalah bentuk masyarakat yang saling menjaga dari ancaman bahaya.
Tinggi tiang rumah sekitar 1,5–2 meter. Ada 2 jenis tiang, yaitu simalambuo dan manaba.
Masing-masing tiang ini punya fungsi berbeda untuk rumah Omo Hada.
Uniknya lagi, di rumah ini ada semacam jendela lebar pada bagian atapnya. Jendela ini digunakan untuk memberi sirkulasi udara ke dalam ruangan.
2. Rumah Adat Nias Omo Sebua
Berbeda dengan Omo Hada yang bisa dibangun oleh rakyat jelata, Omo Sebua justru melambangkan derajat tinggi dalam masyarakat.
Rumah ini pada zaman dulu hanya dibangun untuk kepala desa. Letaknya juga tidak sembarangan, harus berada di pusat/tengah desa. Tapi pembangunan rumah ini bukan semata-mata untuk kemewahan saja.
Omo Sebua pada zaman dulu berfungsi sebagai benteng pertahanan juga. Apalagi pada masa di mana masih sering terjadi konflik dan perang antar desa.
Masyarakat yang merasa terdesak bisa berlindung di Omo Sebua. Rumah ini dianggap sangat aman karena hanya ada satu tangga kecil dan pintu masuk di atasnya.
Karena dijadikan benteng pertahanan, tak heran jika konstruksi dinding rumah ini begitu kokoh. Masyarakat rela mencari kayu jenis terbaik untuk membuat tiang dan dinding rumah.
Bahkan dibandingkan Omo Hada, dinding kayu di rumah ini jauh lebih tebal. Dindingnya juga sering dicat dengan warna coklat terang agar semakin terlihat mewah.
Fakta Unik Rumah Tradisional Nias
Meskipun dari luar rumah adat Nias terlihat biasa saja, tapi warisan budaya ini punya 3 keunikan.
Terutama pada Omo Sebua yang diklaim sangat rumit proses pembangunannya. Apa saja keunikan dari rumah adat masyarakat Nias ini?
1. Konstruksi Anti Gempa
Omo Sebua bukan hanya dirancang untuk perlindungan dari musuh, tapi juga benar-benar dirancang untuk bisa bertahan ketika terjadi gempa bumi.
Sepertinya para leluhur masyarakat Nias sudah paham bagaimana cara beradaptasi di wilayah pertemuan lempeng ini.
Mereka benar-benar paham bagaimana cara membuat rumah yang aman dan tidak akan runtuh ketika gempa terjadi.
Bagaimana Omo Sebua bisa dikatakan tahan gempa?
Kuncinya ada pada pondasi. Masyarakat Nias tidak main-main dalam membuat pondasi rumah ini.
Mereka lebih dulu harus menggali tanah, kemudian menata batu keras dengan sangat teratur. Pondasi dari batuan keras ini bisa mencapai 1 meter tingginya. Pondasi ini begitu kuat dan fleksibel.
Pondasi ini melindungi struktur yang ada di atasnya. Jika gempa terjadi, pondasi batu bisa meredam getaran pada rumah.
Inilah mengapa Omo Sebua diklaim sebagai bangunan tradisional yang anti gempa. Atapnya yang sangat runcing juga menjadi salah satu bentuk hunian iklim tropis.
Bentuk atap yang begitu miring bisa membuat aliran air hujan sampai ke tanah dengan lancar.
2. Dikerjakan Selama 4 Tahun
Rumah adat di Nias ternyata membutuhkan waktu pembangunan yang sangat lama. Apalagi jika kamu ingin membangun Omo Sebua.
Ternyata sejarah mencatat bahwa Omo Sebua bisa dibangun dalam waktu 4 tahun. Itupun dengan bantuan masyarakat sekitar yang selama bersama-sama terus melakukan proses pembangunan.
Proses yang paling banyak memakan waktu adalah pembuatan pondasi dengan struktur batuan besar. Masyarakat Nias harus ekstra bersabar membentuk dan menyusun rapi batuan tersebut di dasar bangunan.
Lama pembuatan juga dipengaruhi oleh minimnya teknologi. Jadi, kamu harus mengumpulkan berbagai jenis material bangunannya secara manual dengan tenaga manusia.
Uniknya lagi, rumah ini harus dikerjakan oleh 40 orang ahli. Selama rumah ini dibangun, maka setiap hari masyarakat akan menyembelih 1 ekor babi.
Dagingnya kemudian dimasak dan disajikan sebagai hidangan bagi para pekerja pembangunan rumah adat. Ketika Omo Sebua selesai dibangun, kamu akan diajak untuk berpesta.
Masyarakat punya tradisi untuk menyembelih 300 ekor babi sebagai pesta perayaan.
Hidangan dari daging babi ini akan dibagikan kepada seluruh anggota masyarakat ataupun tamu yang datang dalam perayaan.
Setelah itu, tengkorak babi yang disembelih ini akan dijadikan aksesoris yang melengkapi Omo Sebua.
3. Tidak Memiliki Jendela
Bagaimana rasanya tinggal dalam rumah tanpa jendela?
Panas dan pengap pasti langsung terasa. Sebenarnya dua rumah adat Nias ini tidak full tertutup.
Rumahnya masih punya pintu yang lebar, sedangkan jendela yang terdapat pada rumah ini tidak seperti apa yang kamu bayangkan. Di sana kamu tidak akan menemukan jendela besar dengan daun pintu.
Tapi ada celah-celah sirkulasi udara yang berbentuk teralis kayu. Jadi, pada salah satu sudut dinding rumah adat ini ada teralis jendela besar yang terbuat dari deretan kayu.
Teralis inilah yang menjadi jalan sirkulasi udara dalam ruangan rumah. Omo Sebua meskipun dibangun dengan dinding kayu keras nan kokoh, tapi juga tetap menyediakan teralis udara ini.
Hanya saja, posisinya lumayan tinggi. Teralis ini sendiri jadi spot di mana penghuni Omo Sebua bisa mengintip pergerakan musuh dari dalam rumah mereka.
Biasanya teralis ini dibuat dari kayu keras yang dipotong kecil-kecil panjang. Konon penggunaan teralis ini sebagai simbol bahwa penduduk Nias terbuka, sehingga segala kegiatan bisa diketahui dari luar.
Perbedaan Rumah Tradisional Nias Tergantung Daerahnya
Kalau kamu ingin mengetahui mengapa ada beberapa jenis rumah adat yang berbeda di Nias, maka setidaknya Kamu harus tahu sejarah dari mana nenek moyang suku ini berasal.
Sejarah mencatat bahwa ribuan tahun lalu nenek moyang suku Nias datang dari wilayah daratan Asia. Mereka mulai mendiami wilayah tengah Pulau Nias.
Lama-lama jumlah mereka terus berkembang, sehingga pemukiman pun semakin menyebar ke wilayah di sekitarnya, bahkan sampai ke tepi pantai di Pulau Nias.
Mereka suatu ketika terisolasi 1 dengan yang lainnya karena perpecahan dan perang. Hal inilah yang membuat masyarakat Nias, meskipun berasal dari 1 nenek moyang punya bentuk rumah adat yang berbeda-beda.
Bagaimana contoh perbedaan bentuk rumah adat ini?
- Pada daerah Nias Utara, Omo Sebua biasa dibangun dengan bentuk atap yang lebar. Teralis jendelanya dibuat cukup besar dan sirkulasi udara bisa masuk dengan baik.
- Wilayah Nias Selatan punya gaya kompleks pemukiman yang padat. Pemukiman warga dibangun di kedua sisi jalan. Jumlahnya bahkan bisa sampai ratusan. Pemukimannya sendiri dibuat menjulang tinggi. Tamu yang datang berkunjung harus naik tangga lebih dulu agar bisa masuk ke dalam rumah.
- Wilayah Nias Tengah punya bentuk rumah adat hasil perpaduan wilayah Utara dan Selatan. Konon penduduk Nias Tengah ini berasal dari 2 wilayah tersebut dan mendirikan perkampungan baru di luar pemukiman aslinya karena kehabisan lahan.
Meskipun tradisional dan hanya menggunakan material kayu dan batu, ternyata rumah adat Nias dibuat dengan teknik yang bagus.
Rumah adat ini bahkan sudah teruji tahan gempa dan bencana alam lainnya. Kamu tertarik untuk membuat pondasi rumah sekuat Omo Sebua?