Berbeda dengan rumah yang tersebar saat ini, rumah adat memiliki keunikan yang membuatnya terlihat berbeda.
Rumah adat sudah jarang ditemui di daerah perkotaan, namun kamu masih bisa menjumpainya jika berkunjung ke daerah pedesaan.
Di tanah Sunda, terdapat banyak jenis rumah adat Jawa Barat yang unik dan masih dilestarikan hingga saat ini.
Walaupun rumah adat sulit ditemui di daerah perkotaan, namun beberapa bangunan pemerintah mengadaptasi desain dari rumah adat untuk menjadi desain bangunan.
Jika dilihat dari gambar, rumah adat terlihat cukup unik dan berbeda.
Hal tersebut yang membuat satu daerah terlihat berbeda dari daerah lainnya. Setiap masyarakat perlu melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah.
7 Nama Rumah Adat Jawa Barat dan Keunikannya
Rumah adat Sunda diberi nama yang cukup unik. Pemberian nama setiap jenis rumah adat biasanya berasal dari bentuk rumah tersebut.
Saat ini sudah banyak orang yang memodifikasi rumah adat agar terlihat lebih modern dan bisa bertahan di segala cuaca dengan baik.
Berikut merupakan beberapa rumah adat Jawa Barat, yaitu:
1. Imah Badak Heuay
Di dalam bahasa Sunda, badak heuay memiliki arti badak menguap. Nama tersebut dijadikan nama rumah adat Jawa Barat ini karena bagian atap rumah terlihat seperti badak.
Sementara itu, jika dilihat dari depan akan terlihat seperti badak (munding dalam bahasa sunda) sedang menguap. Oleh karena itu, pemberian nama rumah ini tidak dilakukan secara sembarangan.
Imah Badak Heuay juga memiliki atap kecil yang memiliki fungsi untuk melindungi bagian area teras yang ada di bagian depan rumah.
Di bagian teras terdapat kursi teras yang digunakan untuk menerima tamu laki-laki. Jenis rumah adat Imah Badak Heuay ini banyak ditemui di Sukabumi.
Selain itu, hingga saat ini juga masih banyak masyarakat yang membangun rumah dengan bentuk atap seperti Imah Badak Heuay. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk untuk melestarikan budaya Jawa barat.
2. Rumah Togog Anjing
Rumah Togog Anjing diberi nama sesuai dengan penampakannya. Bagian atap utama rumah ini terlihat seperti anjing yang sedang duduk.
Atap tambahan pada rumah Togog Anjing terhubung dengan atap utama serta membuat bagian depan rumah menjadi lebih teduh. Atap tambahan tersebut dikenal dengan nama sorondoy.
Rumah Tagog Anjing berbentuk rumah panggung tetapi tidak terlalu tinggi. Rumah Togog Anjing ini berasal dari daerah Garut, Jawa Barat.
Walaupun terkesan tradisional, tetapi masih banyak orang yang membuat bangunan dengan adaptasi dari desain rumah Togog Anjing.
Beberapa bangunan yang biasanya menggunakan desain dari rumah Togog Anjing misalnya hotel atau tempat penginapan.
Penggunaan desain rumah adat untuk pembuatan tempat wisata merupakan salah satu strategi yang bagus untuk melestarikan budaya leluhur.
Baca Juga :
7 Jenis Rumah Limasan Untuk Bangun Hunian | Disertai Beragam Desain Inspiratif
3. Imah Julang Ngapak
Pembuatan atap pada Imah Julang Ngapak terinspirasi dari burung. Bentuk atap terlihat seperti burung yang sedang mengepakkan sayap.
Bagian atas rumah dibuat dengan bentuk segitiga dan bagian bawah yang melebar. Di kedua sudut atap juga terdapat cagak gunting yang berfungsi untuk mencegah rembesan dari air hujan.
Pada zaman dahulu, Imah Julang Ngapak ini akan dilapisi ijuk yang berasal dari alang-alang atau rumbia.
Walaupun hanya dilapisi oleh dedaunan, tetapi rumah ini tidak air hujan tidak akan rembes ke dalam rumah.
Saat ini sudah banyak Imah Julang Ngapak yang dilapisi oleh kayu. Jenis rumah adat ini biasanya banyak ditemui di daerah Tasikmalaya.
4. Imah Jolopong
Jika dibandingkan dengan rumah adat Jawa Barat lainnya, Imah Jolopong ini memiliki desain atap yang sangat sederhana.
Atap Imah Jolopong berbentuk segitiga sama kaki.
Pada bagian depan rumah dilengkapi area kosong yang biasanya digunakan untuk menerima tamu atau bersantai. Kamu tidak akan menemukan banyak penyekat ruangan pada rumah adat ini.
Jolopong juga memiliki arti tergolek lurus. Bentuk yang sederhana dan terlihat tidak biasa ini lebih dikenal dengan bentuk atap saung.
Material yang digunakan juga sangat minim, sehingga biaya pembangunannya tidak terlalu besar.
Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang membangun rumah dengan bentuk Imah Jolopong, karena biaya pembangunannya yang terjangkau.
Selain untuk rumah tinggal, beberapa gedung pemerintah juga mengadaptasi bentuk Imah Jolopong sebagai desain bangunannya.
5. Imah Parahu Kumureb
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Imah Parahu Kumureb berarti rumah perahu tengkurap.
Desain dari rumah adat Jawa Barat ini tersusun dari empat bagian utama dengan bagian dan belakang yang berbentuk trapesium.
Sementara itu, di bagian sisi kanan bentuknya adalah segitiga sama sisi. Di Palembang, rumah adat yang memiliki desain serupa dikenal sebagai atap Limasan.
Ketika diperhatikan secara seksama, rumah adat ini berbentuk seperti perahu yang terbalik. Atap dari Imah Parahu Kumureb memiliki kekurangan yaitu mudah bocor. Sehingga, pada bagian atap akan terdapat banyak sambungan.
Hal tersebut membuat banyak masyarakat jarang menggunakan desain Imah Parahu Kumureb. Jenis rumah ini masih bisa dijumpai di daerah Ciamis.
6. Imah Capit Gunting
Rumah ini diberi nama Imah Capit Gunting karena bentuk atapnya atau susuhunan.
Istilah bahasa Sunda susuhunan ini serupa dengan undagi yaitu tata arsitektur. Capit Gunting terdiri atas dua kata, yaitu capit dan gunting.
Capit diterjemahkan sebagai mengambil barang dengan cara dijepit dan gunting adalah pisau yang berbentuk menyilang.
Desain atap dari Imah Capit Gunting sangat berbeda dengan jenis rumah adat lainnya.
Pada atap di bagian ujung depan atas dan belakang menggunakan bambu atau kayu. Kayu tersebut dibentuk menyilang di atas, sehingga terlihat seperti sebuah gunting.
7. Rumah Adat Kasepuhan
Rumah adat Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan merupakan salah satu rumah adat khas Sunda. Rumah ini berbentuk keraton yang terlihat sangat kokoh dan menawan.
Keraton ini didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana adalah putra dari Prabu Siliwangi. Pangeran ini berasal dari Kerajaan Padjajaran.
Keraton ini adalah bentuk perluasan dari Keraton Pakungwati yang telah ada sebelumnya. Keraton Kasepuhan memiliki beberapa bagian rumah, yaitu pintu gerbang utama, bangunan pancaratna, dan bangunan pangrawit.
- Pintu gerbang utama
Keraton Kasepuhan memiliki dua buah pintu gerbang utama. Pintu gerbang utama ini terletak di bagian selatan dan utara kompleks.
Pintu gerbang utama yang berada di bagian selatan disebut sebagai Lawang Sanga atau pintu sembilan.
Sementara itu, pintu gerbang utama yang berada di bagian utara disebut sebagai Kreteg Pangrawit atau berupa jembatan.
- Bangunan pancaratna
Bangunan pancaratna di Keraton Kasepuhan memiliki fungsi sebagai tempat untuk menghadap ketua atau pembesar desa yang juga disebut sebagai tempat seba.
Paseban tersebut akan diterima oleh Wedanan atau Demang. Bangunan pancaratna terletak di bagian kiri depan komplek yang mengarah ke barat.
- Bangunan pangrawit
Bangunan pangrawit terletak di bagian kiri depan kompleks.
Bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat pengadilan, tempat perwira melatih para prajurit, dan tempat untuk istirahat.
Keunikan Rumah Adat Jawa Barat
Setiap rumah adat yang ada di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing.
Beberapa keunikan dari rumah adat khas Jawa Barat, yaitu:
1. Pondasi
Pondasi yang digunakan dalam rumah adat Sunda memiliki bentuk yang tidak terlalu berbeda dengan rumah adat lainnya.
Namun, bentuk rumah adat ini terlihat lebih menarik yang diakibatkan oleh cara penataan dan peletakan batuan di bagian bawah sudut-sudut rumah.
Penataan batu-batu tersebut bertujuan sebagai upaya untuk mengurangi kerusakan jika terjadi gempa. Fungsi lainnya adalah agar lantai rumah tidak terlalu lembab.
2. Lantai
Lantai yang digunakan untuk rumah adat ini berasal dari material bambu. Bambu yang digunakan merupakan pelupuh atau bambu yang sudah dibelah.
Material bambu ini memiliki manfaat agar sirkulasi udara bisa berjalan dengan baik melewati area bawah rumah.
Umumnya, rumah adat Sunda memiliki ketinggian hingga 5 meter, sehingga desain lantai bambu mampu menahan tingkat kelembaban.
3. Dinding
Material utama yang digunakan untuk dinding yaitu anyaman bambu. Lubang-lubang kecil yang terdapat dalam anyaman bambu membuat udara di dalam rumah terasa lebih sejuk.
Selain itu, pintu dan jendela sudah dibuat menggunakan material bambu.
Sehingga, salah satu ciri khas rumah adat Sunda adalah banyaknya penggunaan bambu.
4. Plafon
Bagian plafon pada rumah Sunda memakai bambu yang sudah disusun.
Desain tersebut dibuat lebih besar dibandingkan yang lainnya.
Fungsi dari plafon yaitu sebagai tempat penyimpanan barang yang dimiliki oleh pemilik rumah.
Baca Juga :
Mengenal 4 Rumah Adat Betawi dan Filosofi Arsitekturnya
5. Tata letak
Rumah adat Sunda ini dipercaya tidak boleh menghadap ke arah selain barat dan timur. Letak rumah juga harus tersusun rapi di dalam satu kampung.
Jika kamu mengunjungi kampung yang ada di daerah Jawa Barat maka kamu akan melihat bahwa rumah yang ada tersusun dengan rapi.
Setiap rumah adat memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing. Walaupun sama-sama merupakan rumah adat Jawa Barat, tetapi setiap rumah memiliki perbedaan.
Hal tersebut yang membuat rumah adat terlihat berbeda dengan rumah modern saat ini. Rumah adat memiliki kesan yang tradisional, namun masih banyak orang yang menggunakan desainnya untuk membuat bangunan.