Rumah Adat Karo – Suku Batak adalah suku asli yang mendiami Provinsi Sumatera Utara. Mereka hidup di wilayah Medan dan sekitarnya, bahkan suku ini juga hidup di Pulau Samosir.
Masyarakat Batak memiliki adat dan budaya yang sangat unik. Adat budaya ini juga mereka wujudkan dalam pembangunan rumah adat. Salah satu yang menarik adalah rumah adat Karo.
Masyarakat Batak Karo mendiami salah satu wilayah di Sumatera Utara. Mereka hidup dengan harmonis dan selaras dengan alam.
Mereka juga pandai membuat rumah adat yang cocok dengan kondisi lingkungan. Di mana kamu bisa menemukan rumah adat ini?
Apakah rumah adat ini punya ciri khas konstruksi yang unik?
7 Fakta Unik Rumah Adat Karo
Sebenarnya Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa rumah adat. Masing-masing memang memiliki keunikan arsitektur tersendiri, tapi ada satu rumah adat yang bisa dibilang istimewa.
Masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan Rumah Siwaluh Jabu. Rumah adat Karo berasal dari Kabupaten Karo.
Masyarakat Karo pada zaman dulu menjadikan rumah ini sebagai hunian bersama.
1. Keunikan Teknik Bangunan
Apa yang paling menarik dari pembangunan rumah adat Karo?
Kamu mungkin akan terkejut dengan kehebatan para leluhur Tanah Karo yang bisa membangun rumah tanpa mengubah bahan yang digunakan.
Rumah adat ini dikenal jadi salah satu bangunan yang punya teknik pembuatan super rumit. Bahkan kamu mungkin akan menyerah jika ditantang untuk membuatnya di zaman yang serba maju ini.
Rumah adat Karo sama sekali tidak menggunakan teknik penyambungan. Bisa dibayangkan kalau kayu yang digunakan sama sekali tidak dipotong dan dibentuk.
Bahkan beberapa bahan lain seperti tiang, balok kayu, lantai, dan konsol rumah sama sekali tidak dibentuk ulang.
Masyarakat Karo bisa menggunakan material-material tersebut dengan bentuk asli saat mereka temukan di alam.
Teknik pembangunan rumah ini pasti sudah jarang Kamu temukan di zaman modern kan?
Bangunan rumah adat Batak Karo sebenarnya bukan hanya terdiri dari satu model.
Masyarakat memberikan nama yang berbeda untuk model bangunan rumah adat seperti:
- Berdasarkan bentuk dindingnya, rumah adat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sangka Manuk dan rumah Sendi.
- Berdasarkan bentuk atapnya rumah adat dibagi menjadi dua jenis juga, yakni Sianjung-anjung dan rumah Mecu.
Semua jenis rumah yang disebutkan di atas sama sekali tidak menggunakan paku dalam pembangunannya.
Mereka menggunakan bahan yang mudah ditemukan di alam seperti batu, kayu, dan ijuk.
Agar bagian-bagian rumah bisa dikaitkan, mereka menggunakan teknik persilangan atau diikat dengan ijuk pohon aren.
Ternyata konsep ini bukan hanya digunakan agar rumah bisa berdiri tegak saja. Pada zaman dulu masyarakat memang belum mengenal teknologi paku.
Tapi mereka menemukan cara lain yang justru multifungsi. Penggunaan ijuk sebagai bahan pengait ternyata juga membuat ular berbisa takut masuk.
2. Konsep Struktur Bangunan
Rumah adat Karo punya struktur yang unik, terutama di bagian atapnya. Mereka menggunakan material ijuk untuk menutup atap.
Bangunan rumah adat ini berbentuk rumah panggung. Secara garis besar, bangunan tradisional ini punya 3 tingkatan yang sesuai adat istiadat mereka, yaitu:
- Dunia Bawah
Ada dunia bawah di dalam rumah?
Mengherankan, bukan?
Tapi sebenarnya ini adalah filosofi yang dipegang teguh oleh masyarakat adat Karo. Dunia bawah adalah bagian dasar rumah yang diisi oleh tiang penyangga.
Masyarakat menganggap dunia bawah ini sebagai perlambang keburukan dan kejahatan, karena itulah mereka biasa menaruh hewan peliharaan di sini.
- Dunia Tengah
Bagian ini bisa kamu temukan di ruangan rumah.
Tempat ini melambangkan sifat keduniawian, karena itulah ruangan rumah juga disebut dunia tengah, sebab memang penghuninya beraktivitas keduniawian di situ.
- Dunia Atas
Berbeda dengan dunia bawah yang melambangkan keburukan, dunia atas melambangkan kebaikan.
Dunia atas dalam rumah adat masyarakat Karo adalah bagian atapnya. Di sana dijadikan sebagai tempat untuk berhubungan dengan Sang Pencipta menurut kepercayaan mereka.
Secara detail, rumah tradisional ini punya beberapa bagian yaitu:
- Pintu
- Tangga
- Ture jahe
- Pintun perik (jendela)
- Jabu (ruangan)
- Ujung kayu
- Bena kayu
- Dapur
- Ingan medem (kamar)
3. Mengandalkan Material Alami
Masyarakat Batak Karo sejak zaman dulu sudah terbiasa hidup berdampingan dan harmonis dengan alam. Pemukiman mereka banyak ditemukan di sepanjang aliran sungai.
Mereka pun mengakali pembuatan rumah hunian dari bahan-bahan alam yang tersedia di sekitarnya. Mereka meletakkan kayu tiang penyangga di atas batu kali.
Mereka juga menggunakan material, seperti kayu keras untuk bagian dindingnya.
Masyarakat pada zaman dulu menggunakan kayu jenis pilihan yang bisa tahan lama dan tak mudah dimakan rayap.
Kayu-kayu penyangga dan dinding, bahkan bisa bertahan hingga ratusan tahun.
4. Memaksimalkan Fungsi
Gambar rumah adat ini memang terlihat sederhana dari luar.
Tapi ketika masuk ke dalam, kamu akan merasakan desain yang begitu luas dan multifungsi.
Suku Batak Karo akan menempatkan ruangan kamar di kedua sisi rumah (kanan dan kiri). Bagian tengahnya dibiarkan kosong agar bisa menampung lebih banyak orang saat pertemuan.
Rumah adat ini juga sudah dilengkapi dengan teras depan dan belakang. Letak pintu depan dan belakang, bahkan harus dibuat simetris dengan ukuran yang sama.
Kamu mungkin akan kesulitan membedakan mana pintu depan dan mana pintu belakangnya ketika pertama kali berkunjung.
Rumah adat ini juga sudah dilengkapi dengan beberapa dapur, lokasinya tepat di depan kamar keluarga.
5. Rumah Adat Karo Dihuni 8-10 Keluarga
Jangan bayangkan kalau satu rumah Karo dihuni oleh satu keluarga layaknya rumah-rumah di zaman modern.
Ternyata satu rumah adat bisa dihuni antara 8–10 keluarga sekaligus.
Misalnya satu keluarga terdiri dari 4 orang (ayah, ibu, dan dua anak), maka bisa saja penghuninya sampai 40 orang.
Bahkan zaman dulu penghuni rumah ini bisa lebih banyak lagi.
Mereka hidup bersama dan dipimpin oleh satu ketua suku. Uniknya yang disebut kamar keluarga ini bukan seperti kamar di era modern.
Antara satu kamar dengan kamar lainnya tidak dibatasi oleh dinding apapun. Ruangan ini hanya dibatasi oleh garis pemisah dan ketentuan pembagian ruangan sepenuhnya diatur oleh sang ketua suku.
Kamu tak perlu mereka akan sering bertengkar ketika hidup bersama, bahkan tanpa dinding pemisah sama sekali. Mereka lebih mengedepankan sisi kekeluargaan dan gotong royong.
Mereka melakukan semua kegiatan dengan kerja sama. Ketua adat juga akan membagi tugas masing-masing keluarga dengan jelas.
Tugasnya bermacam-macam, mulai berburu, berkebun, mengolah makanan, dan lain-lain.
Bagaimana jika anggota keluarga semakin bertambah? Ternyata ada ketentuan adat sendiri yang mengaturnya:
- Anak-anak yang sudah menikah harus keluar dari rumah lama dan bergabung ke rumah adat yang baru.
- Anak-anak hanya diizinkan tidur bersama orang tua mereka sampai menjelang remaja.
- Anak laki-laki yang sudah remaja harus tidur di rumah lumbung (tempat penyimpanan makanan).
- Anak perempuan dewasa yang belum menikah akan bergabung di rumah lain bersama anggota barunya.
6. Penentuan Pembangunan Rumah Adat Karo
Pada zaman dulu, masyarakat tidak bisa sembarangan membangun rumah adat ini. Mereka harus bermusyawarah dan mengikuti anjuran yang dikeluarkan oleh kepala suku.
Mereka akan membahas mengenai ukuran, lokasi, dan dari mana bahan material bisa didapatkan.
Para anggota laki-laki juga melakukan pembagian tugas dengan baik.
- Langkah pertama untuk membangun rumah adat ini dengan upacara adat pencarian hari baik. Ketua adat atau orang yang dituakan akan menggelar upacara persembahan dan menentukan tanggal baik pembuatan pondasi bangunan.
- Setelahnya, pembangunan diawali dengan proses perataan tanah. Lokasi yang akan dijadikan rumah harus dibersihkan dengan baik.
- Mereka kemudian bisa memasang batu yang akan digunakan untuk landasan tiang penyangga.
- Setelah itu, masyarakat akan melakukan ritual upacara lagi untuk mencari hari baik mendirikan rumah dan pemasangan atap.
- Masyarakat bahkan akan melakukan upacara persembahan lagi sebelum resmi memasuki rumah adat tersebut.
Proses pembangunan rumah adat ini sepenuhnya ada dalam kendali ketua suku. Anggota masyarakat pun akan melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah yang diberikan.
Mereka bahkan tidak akan mengambil satu tindakan tanpa melakukan upacara persembahan. Hal ini adalah salah satu bentuk kepercayaan masyarakat Karo bahwa ada kekuatan yang melebihi manusia.
Ketua suku dan beberapa sanak keluarga yang dituakan akan lebih dulu mencoba menempati rumah adat ini.
Mereka akan menunggu mimpi apakah rumah ini menjadi pertanda baik atau buruk jika ditempati nantinya.
Setelah itu akan ada sebuah pesta meriah ketika rumah akan resmi ditempati bersama. Kamu bisa menyebut pesta ini dengan nama Mengket Rumah Baru.
Pesta ini juga tambah semarak karena pertunjukan gendang untuk mengusir roh halus pengganggu rumah adat.
7. Ornamen Rumah yang Filosofis
Proses pembangunan rumah adat ini tak lepas dari perkembangan perkampungan masyarakatnya.
Awalnya hanya ada 1 kelompok masyarakat yang dikenal dengan sebutan barung. Rumahnya hanya ada 1 dan sangat sederhana.
Setelahnya, jumlah anggota bertambah, rumah pun bertambah, maka lahirlah lingkungan talun. Ketika semakin banyak rumah, maka akan berkembang menjadi kuta.
Rumah ini banyak dihiasi oleh ornamen-ornamen unik pada bagian tertentu seperti:
- Bagian pintu depan dan belakang rumah biasanya diukir ornamen yang rumit. Ornamen ukiran ini dibuat dari busur dan anak panah yang disusun membentuk pola tertentu.
- Bagian jendela di samping rumah juga dibuat ornamen yang sama dengan pintu.
- Bagian ujung atap yang paling menonjol biasanya dilapisi dengan tikar bambu. Kamu pasti akan tertarik melihat tikar bambu dengan corak indah dan khas yang menunjukkan derajat sosial anggota keluarga yang menghuninya.
- Bagian dinding rumah, baik depan, belakang, dan samping juga dihias dengan ornamen berbentuk anak panah. Ini juga melambangkan tradisi leluhur mereka yang suka berburu di alam liar.
- Pada bagian dasar dinding biasanya dihias dengan ornamen lukisan yang unik dan beraneka warna, tapi warna yang paling menonjol adalah merah dan kuning keemasan.
Ternyata rumah adat Karo adalah hunian bagi sekelompok masyarakat yang hidup dengan memegang teguh adat istiadatnya.
Mereka hidup berkelompok dan patuh pada aturan adat. Rumah adat Karo mungkin saat ini sudah tak banyak dijumpai. Tapi saat berkunjung ke sini, kamu bisa menemukan minaturnya yang megah dan super besar.