Jika kamu berkunjung ke Sumatera Utara maka kamu perlu menyempatkan untuk berkunjung melihat rumah adat Batak, rumah Bolon.
Rumah Bolon merupakan objek wisata yang banyak didatangi oleh wisatawan dari daerah sekitar maupun wisatawan luar kota.
Ketika berkunjung ke Samosir, kamu bisa melihat dua jenis rumah adat Batak Toba Bolon yang berbeda.
Rumah adat ini memiliki desain yang sangat unik dan menarik, selain desain yang menawan terdapat banyak filosofi di setiap bagian bangunan.
Sejarah Rumah Bolon Khas Suku Batak
Rumah adat masyarakat Batak dikenal dengan nama rumah adat Batak Bolon. Rumah Bolon merupakan ciri khas masyarakat batak Sumatera Utara.
Pada zaman dahulu, rumah Bolon ini digunakan sebagai tempat tinggal raja. Rumah Bolon pernah ditinggali oleh 13 raja.
Raja yang pernah menempati rumah ada tersebut ialah Raja Nagaraja, Raja Ranjiman, Raja Baringin, Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Bonabatu, Raja Rajaulan, dan Raja Atian. Selain itu, Raja Raja Raondop, Hormabulan, Raja Kearel Tanjung, Raja Rahalim, serta Raja Mogam juga pernah tinggal di rumah Bolon.
Rumah Bolon sendiri memiliki beberapa jenis rumah.
Beberapa jenis rumah Bolon, yaitu Bolon Toba, Bolon Karo, Bolon Simalungun, Bolon Pakpak, Bolon Mandailing, dan Balon Angkola. Masing-masing jenis rumah Bolon memiliki ciri khasnya tersendiri.
Selain sebagai tempat tinggal, rumah Bolon juga memiliki fungsi sebagai gambar status sosial dari pemilik rumah.
Namun, saat ini keberadaan rumah Bolon sudah langka. Rumah Bolon dijadikan objek wisata yang berada di Sumatera Utara dan perlu dilestarikan.
Filosofi dan Makna Rumah Bolon
Tidak hanya dibangun sebagai tempat tinggal, rumah adat Batak juga memiliki filosofi dan makna tersendiri.
Rumah Bolon memiliki banyak nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai tersebut dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat bakat.
Filosofi dasar dari keberadaan rumah Bolon yaitu merupakan pedoman hidup dalam pergaulan antar individu.
Rumah adat Batak Bolon dijadikan sebuah cagar budaya yang merupakan sarana pelestarian dari budaya Batak.
Selain filosofi bangunan rumah Bolon, setiap hiasan yang terdapat pada bangunan juga memiliki makna, yaitu:
- Ornamen Gorga dengan bentuk ular memiliki makna sebuah kepercayaan dari suku Batak yaitu apabila rumah dimasuki oleh ular maka penghuninya akan memperoleh berkah.
- Ornamen Gorga dengan bentuk cicak bermakna bahwa orang Batak bisa beradaptasi dan hidup di mana saja.
- Ornamen Gorga dengan bentuk kerbau memiliki makna sebagai ucapan rasa terima kasih masyarakat kepada kerbau yang telah membantu manusia dalam melakukan banyak kegiatan dalam kehidupan.
- Arop-aropan yang berada di bagian depan hunian memiliki makna sebagai sebuah harapan bisa menjalani hidup yang layak.
- Tiang tinggi Ninggor yang tinggi dan berbentuk lurus mengandung arti kejujuran.
- Penahan atap atau songsong boltok adalah pengingat apabila jika ada tuan rumah yang dirasa tidak baik lebih baik dipendam dalam hati saja.
- Panggung kecil yang digunakan untuk menyimpan padi memiliki makna sebagai bentuk harapan untuk kelancaran hidup.
- Lubang telaga yang berada di dekat dapur masak digunakan sebagai tempat untuk membuat kotoran. Lubang tersebut bermakna untuk membuang jauh-jauh segala kesalahan atau keburukan yang ada di dalam rumah.
Bagian-Bagian dalam Rumah Bolon
Saat ini banyak rumah modern yang menggunakan bahan bangunan berupa semen dan beton.
Berbeda dengan rumah modern, rumah Balon lebih banyak menggunakan material kayu sebagai bahan pembangun rumah.
Rumah Bolon memiliki desain yang cukup berbeda dengan rumah adat lainnya.
Setiap bagian yang ada pada rumah Bolon juga memiliki bentuk dan material yang berbeda. Berikut merupakan bagian-bagian yang terdapat dalam rumah Bolon, yaitu:
1. Bagian Atap Rumah Bolon
Atap rumah Bolon memiliki bentuk yang melengkung menyerupai punggung kerbau.
Apabila dilihat dari ilmu arsitektur, bentuk atap yang melengkung terlihat aerodinamis dalam menghadang angin kencang yang berasal dari danau.
Hal tersebut membuat bangunan rumah bisa berdiri dengan kokoh. Material pembuatan atap yang digunakan merupakan ijuk.
Bahan ijuk banyak digunakan, karena material tersebut yang banyak diperoleh di daerah. Dalam budaya Batak, atap rumah dianggap sebagai hal yang suci.
Sehingga, bagian dalam atap seringkali digunakan sebagai tempat penyimpanan barang pusaka atau keramat. Bentuk ujung juga dibuat lancip pada bagian depan dan belakang.
Ujung lancip di bagian depan dibuat lebih panjang dibandingkan dengan bagian belakang.
Filosofi dari perbedaan ujung atap tersebut adalah sebagai sebuah bentuk doa agar pemilik rumah memiliki keturunan dengan masa depan yang baik.
2. Badan Rumah
Badan rumah dari rumah Bolon berada pada bagian tengah bangunan.
Dalam kepercayaan Batak, bagian tersebut dikenal sebagai dunia tengah. Dunia tengah adalah tempat penghuni rumah untuk melaksanakan segala aktivitasnya.
Aktivitas yang dilakukan, misalnya masak, tidur, bermain, dan sebagainya.
Selain itu, badan rumah juga dilengkapi dengan hiasan yaitu ipon-ipon yang berfungsi sebagai penolak bala.
Lantai rumah Bolon melambangkan kehidupan.
Bagian bawah melambangkan kematian, bagian tengah melambangkan kehidupan manusia sehari-hari, dan bagian atas melambangkan dunia para dewa.
3. Pondasi Rumah Bolon
Pada rumah Bolon, pondasi yang digunakan adalah tipe cincin. Tipe cincin menggunakan batu sebagai tumpuan untuk kolom kayu yang berada di bagian atas.
Tiang pondasi memiliki diameter sekitar 42 cm sampai 50 cm yang berdiri di atas batu ojahan dengan struktur yang fleksibel. Hal tersebut membuat rumah Bolon tahan terhadap gempa.
Umumnya, tiang rumah yang digunakan berjumlah 18 tiang. Tiang penyangga rumah dibuat menggunakan kayu yang berkualitas.
Sehingga, rumah Bolon bisa terlihat kokoh dan kuat. Makna dari penggunaan tiang tersebut adalah kekokohan dan kebersamaan.
4. Dinding Rumah
Bentuk dinding yang digunakan dalam rumah Bolon berbentuk miring. Hal tersebut dilakukan supaya angin dari luang bisa masuk ke bagian dalam rumah dengan mudah.
Tali yang dipakai untuk mengikat dinding atau ret-ret dibuat dari bahan rotan dan ijuk. Pola tali pengikat dibuat seperti cicak dengan dua kepala yang saling bertolak belakang.
Penggunaan pola tersebut memiliki makna sendiri yaitu sebagai penjaga rumah.
Bentuk kepala cicak yang bertolak belakang memiliki arti bahwa semua penghuni rumah harus saling menghormati serta memiliki peran yang sama.
5. Pintu Masuk Rumah Bolon
Rumah Bolon menggunakan pintu rumah dengan lebar 80 cm dan tinggi sekitar 1,5 meter. Pintu utama rumah adat Batak ini dibuat menjorok ke dalam.
Di sekeliling pintu terlihat berbagai hiasan, berupa tulisan, lukisan, dan ukuran.
Setiap hiasan yang ada memiliki arti dan makna tersendiri. Ukiran yang berada di bagian depan rumah dikenal sebagai Gorga.
Rumah Bolon yang memiliki beragam hiasan dikenal dengan nama Ruma Gorga Sarimunggu.
Sedangkan itu, rumah Bolon yang tidak memiliki hiasan dikenal dengan rumah Jabu Batara Siang atau Jabu Ereng.
Pada zaman dahulu, rumah Bolon ini bisa ditempati oleh dua sampai enam keluarga.
Walaupun saat ini rumah Bolon sudah dijadikan sebagai objek wisata, tetapi keberadaannya perlu dijaga dengan baik.
Hal tersebut akan membuat generasi muda menjadi lebih mengerti mengenai kekayaan budaya Batak, termasuk rumah adat Batak Bolon.